h1

Kebangkitan Nasional Berbasis Teknologi Informasi

May 20, 2011

Indonesia OnlineAwal sejarah kebangkitan nasional Indonesia berakar pada pentingnya rasa kebangsaan dan pemerataan pendidikan. Hal ini tercermin dari berbagai pemikiran banyak tokoh utama dimasa itu maupun orientasi organisasi massa yang ada. Ternyata bahwa pada awal kebangkitan nasional Indonesia issue pengembangan sumber daya manusia Indonesia menjadi salah satu faktor utama. Hal ini menarik jika kita telaah dari autobiography tokoh utama masa itu, seperti dr. Soetomo, pendiri Boedi Oetomo, beliau melihat bahwa faktor pemerataan pendidikan khususnya melalui media tulisan menjadi sangat strategis. Langkah ini sangat menguntungkan ditinjau dari effisiensi proses pemerataan informasi untuk menunjang proses belajar mengajar terutama mengingat sumber daya pengajar / guru yang terbatas.

Walaupun pada masa perang kemerdekaan dan awal pembangunan, Indonesia telah banyak mengalihkan fokus pembangunan Indonesia pada masalah fisik dengan mengeksploitasi sumber daya alam di Indonesia, tampak bahwa saat ini dengan di garis bawahi GBHN 93 pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun pada hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei yang lalu dengan fokus utama pembangunan sumber daya manusia. Pemerintah bahkan tidak tanggung-tanggung dalam melaksanakan hal ini dengan mengambil sebagian besar formasi pegawai negeri yang ada untuk membuka peluang untuk menjadi guru. Jelas bahwa tenaga pengajar / guru yang ada jumlahnya sangat terbatas dibandingkan jumlah siswa / calon siswa yang membutuhkan bimbingan di seluruh Indonesia. Kembali pada tulisan maupun autobiography dr. Soetomo, media tulisan menjadi sangat strategis untuk mendampingi guru dilapangan khususnya dalam proses belajar-mengajar. Tulisan ini akan memfokuskan alternatif penggunaan teknologi informasi untuk meringankan tugas guru di lapangan khususnya dalam menunjang proses pemerataan pendidikan.

Mengapa justru media tulis menulis menjadi strategis untuk membantu proses belajar mengajar? jika kita bandingkan dengan media informasi elektronik televisi dan radio, perbedaan utama yang ada adalah pada media tulis menulis – pembaca dapat dengan mudah membalik-balik bukunya dan membaca dengan kecepatan si pembaca. Hal ini sangat menguntungkan dalam memperlancar proses penyerapan isi pengetahuan yang ada dalam buku tersebut. Keuntungan ini tidak terdapat pada media elektronik media broadcast televisi maupun radio yang sangat sulit disesuaikan kecepatan pengiriman informasinya dengan kemampuan menerima si penerima informasi (siswa). Akan tetapi keuntungan utama media televisi dan radio memungkinkan para siswa untuk melakukan interaksi dua arah antara guru yang berada di studio dengan murid-muridnya di seluruh pelosok nusantara. Jadi kita perlu mencari alternatif media yang memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang ada pada media tulis buku maupun media interaktif televisi dan radio.

Dengan berkembangnya dunia faktor kecepatan pemindahan informasi dalam jumlah yang besar menjadi sangat penting. Adakah alternatif teknologi informasi yang memungkinkan pemindahan informasi secara cepat akan tetapi juga dapat mempertahankan sifatnya sebagai media tulisan supaya memudahkan para siswa untuk mencerna informasi dengan kecepatannya sendiri? Tantangan ini tampaknya terjawab dengan keberadaan teknologi komputer yang dapat kita gunakan bukan hanya untuk mengirimkan media tulisan tapi juga gambar. Bahkan dengan peralatan komputer dengan mudah para siswa membuka berkas-berkas yang ada untuk memahami isinya dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan penerimaan para siswa tsb.

Mari kita bayangkan jika komputer-komputer yang ada di seluruh pelosok Indonesia di kaitkan satu dengan lainnya, hal ini akan sangat memudahkan pengiriman berkas-berkas elektronik dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini berarti pula pelajaran-pelajaran dapat disebarkan secara cepat. Bahkan tidak terbatas pada aplikasi pengiriman berkas saja, para siswa dapat berinteraksi langsung dengan para guru yang mungkin berada di tempat yang jauh cukup dengan cara mengirimkan berkas yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada guru-gurunya. Hal ini memungkinkan interaksi antara guru dan murid dapat dilangsungkan tanpa perlu terlalu tergantung pada jumlah guru yang ada di lapangan sehingga effisiensi penggunaan tenaga guru dapat lebih ditingkatkan. Aplikasi jaringan komputer ini tidak hanya terbatas pada hubungan antara para guru dan siswa tapi dapat berkembang menjadi hubungan antara para siswa di seluruh Indonesia yang secara keseluruhan terlibat dalam berbagai diskusi / konferensi elektronik berbasis teknologi informasi komputer yang membuka terjadinya Global Brain yang memungkinkan percepatan mengembangan SDM yang diinginkan. Teknologi jaringan komputer membuka kemungkinan pembangunan SDM secara effisien tanpa perlu terikat pada dimensi ruang dan waktu.

Bayangkan jika jaringan komputer antara para siswa sekolah dasar dan menengah ini dikaitkan pada jaringan komputer yang saat ini telah beroperasi antara berbagai universitas di Indonesia. Para siswa tidak hanya berinteraksi dengan para guru tapi juga dapat langsung secara personal berinteraksi para mahasiswa dan dosen perguruan tinggi. Apa yang akan diperoleh dari hubungan ini? jelas bahwa wawasan berfikir para siswa akan dibuka lebar-lebar dengan adanya keterbukaan ini. Para siswa menjadi tahu mengapa mereka harus bersusah payah mempelajari berbagai mata pelajaran yang selama ini diajarkan. Mengapa Fisika dan Matematika menjadi sangat penting untuk menjadi seorang insinyur elektro dan komputer? Dapat kita harapkan bahwa keterbukaan ini akan memacu para siswa untuk belajar dan menambah minatnya dalam berbagai bidang ilmu. Bukan mustahil keberadaan jaringan komputer di Indonesia yang mengakitkan berbagai sekolah dasar maupun menengah dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia menjadi dasar sebuah revolusi informasi yang pada akhirnya menjadi awal terjadinya kebangkitan nasional ke dua di Indonesia yang berbasis teknologi infomasi.

Apakah kita bermimpi dengan ini semua? Tampaknya Republik tercinta ini cukup beruntung dengan adanya banyak staf-staf muda yang berdedikasi di berbagai perguruan tinggi maupun lembaga penelitian. Saat ini jaringan komputer antara universitas dan lembaga penelitian di Indonesia telah terbentuk dan terus berkembangan dengan menggunakan teknologi packet radio dan peralatan yang sepenuhnya dibuat sendiri di Indonesia tanpa terikat pada lisensi maupun hak paten GATT yang memusingkan para industriawan. Penggunaan radio sebagai media komunikasi sangat menguntungkan bagi kami di perguruan tinggi dan lembaga penelitian karena biaya operasi yang sangat rendah sehingga memudahkan pengembangan jaringan ke daerah terpencil. Lembaga-lembaga yang terkait saat ini bergabung pada organisasi informal jaringan komputer Paguyuban yang sifatnya sukarela. Kesemua ini telah membuktikan bahwa sebetulnya bangsa Indonesia mampu untuk menumpu perkembangan teknologi informasi menggunakan teknologi yang dikembangkan sendiri di Indonesia.

Lihat File Lengkapnya : DOWANLOD DISINI

DOWNLOAD Terkait :

Leave a comment